Suatu ketika saya didatangi seorang pemuda yang berniat menceraikan istrinya. Dia terus-menerus mengomel dan menceritakan kejelekan istrinya. Seorang teman, sambil bercanda pernah berkata, "Ketika pacaran jigong pun bisa terasa seperti coklat namun ketika rumah tangga gonjang-ganjing coklat pun bisa terasa seperti jigong. Ketika masih pacaran, jika sang pacar kakinya terantuk batu, yang satu langsung menolong, mengelus-elus kaki yang sakit bahkan menendang batu itu sembari berkata, batu sialan! Sakit ya sayang? Setelah menikah sekian tahun, ketika hal yang sama terjadi, yang ada hanyalah kalimat, mata loe taruh di mana?"
Tidak hanya itu, ia pun mengungkapkan bagaimana ia merasa harga dirinya diinjak-injak oleh sang mertua yang nota bene kaya raya. "Mertua saya mengukur segalanya dengan uang!" katanya dengan nada tinggi. Namun, yang paling menarik adalah pada saat ia mengatakan, "Dan, Tuhan pun sudah meninggalkan saya!" Sungguh ketika ia mengucapkan kalimat itu, saya langsung tersenyum. Setelah memberikan cukup kesempatan baginya untuk menumpahkan uneg-unegnya, saya kemudian berkata, "Pa...Tuhan tidak meninggalkan Anda. Buktinya Anda masih dikasih kehidupan, bisa bernapas gratis dan masih ada begitu banyak orang yang mengasihi Anda, terutama adik kandung Anda yang memperkenalkan saya dengan Anda."
Dia terdiam lama. "Jika Anda menerima pesan singkat (SMS) dari teman Anda, apakah Anda langsung meghapusnya sebelum Anda membacanya? Tentu tidak kan? Jika isinya sesuatu yang menghibur atau menguatkan hati Anda atau yang menunjukkan betapa ia peduli kepada Anda, biasanya Anda akan menyimpannya dalam waktu yang cukup lama, bukan? Nah, Kitab Suci itu seperti kumpulan surat kasih Sang Pencipta kepada makhluk ciptaan-Nya. Kalau boleh tahu, setiap hari, berapa menit yang Anda luangkan untuk membaca Kitab Suci dan berbicara dengan-Nya dalam doa?" Lagi-lagi ia tertunduk diam sembari berkata, "Sudah tidak pernah!"
Singkat cerita sejak sore itu ia berubah secara radikal. Ia mulai rajin membaca Kitab Suci, rajin ke Rumah Ibadah dan saya sering bertemu dengan ia bersama istri dan anaknya. Sungguh, hati saya sangat bersukacita. Dari adiknya, saya mendapat kabar bahwa semakin hari ia semakin dekat dengan istri dan anaknya. Ada pengampunan, ada pemulihan. "Dulu mana mau dia menemani anak belajar, sekarang dia jadi rajin menemani anaknya belajar." Tuhan sungguh menyentuh dan mengubah hatinya. Saya berdoa agar suatu hari nanti keluarga ini dapat menjadi berkat dan teladan bagi keluarga lainnya, terutama bagi keluarga yang sedang mengalami goncangan atau akan bercerai.
King David pernah berkata, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Tuhan! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Tuhanku! Hanya dekat Tuhan saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Tuhan." (Bersambung...)